Sebuah Pesan untuk Mu Anakku

Konten [Tampil]
Nanar kutatap punggung tangan yang hampir separuhnya sama dengan warna tinta pena yang Ia pegang, jemari itu sedikit bergetar sesaat setelah ku persilahkan Ia menandatangani daftar penerimaan surat kelulusan Ananda kami tercinta. Anaknya yang terdaftar dalam Kartu keluarga mereka, Anakku yang terdaftar dalam SK tugas Wali kelas. Ya, anak mereka dan anakku, 35 orang yang diamanahkan kepadaku selama setahun belakangan ini menjadi tanggung jawabku atas segala perilaku, sikap, emosi,  maupun polah raga mereka di sekolah. Hari ini ku kembalikan kepada Orang tua mereka dengan ikhlas ku lepas statusku sebagai orang tua pengganti mereka.

 

Masih terbayang di pelupuk mata saat pertama kali menerima SK sebagai orang tua pengganti mereka, ada rasa insecure karena image positif mereka yang melambung tinggi mengerdilkan diriku.
 
Sempat terbesit mau minta pengganti dengan alasan yang sepele khawatir tidak bisa membersamai segala hal positif yang mereka punyai, namun perlahan aku belajar bahwa kalian unik,  pintar, kompak inilah yang menjadi point penting melaju nya keberanianku untuk terus bersama kalian

Namun kecerdasan dan kemandirian kalian yang luar biasa kadang menjadikanku kerdil di depan kalian. Beberapa kali ada agenda besar sudah matang kalian persiapkan tanpa sedikitpun ada campur tanganku, beberapa momen berlalu dengan sangat indah dan kalian sangat mandiri dan kreatif.

Aku tersadar bahwa berada di tengah-tengah kalian antara ada dan tiada, karena kecerdasan yang melampaui ekspektasi ku. Sungguh, beberapa lecutan ini membuatku perlahan mundur beberapa langkah untuk memberikan kesempatan agar kalian bebas berkreasi dengan semua kecerdasan yang di miliki tanpa adanya intervensi dariku dan dari pihak manapun,

Duh, Nak! seandainya bisa kuputar ulang waktu kita bersama ingin rasanya tetap membersamai kalian dengan banyak agenda yang mengesplore bakat dan mimpimu, namun aku sadar bahwa jika hal tersebut terwujud maka bukan kemajuan yang akan kamu dapatkan melainkan kemunduran.
Di depanmu masih terbentang luas ruang berkreasi dan bermimpi.
 
Selesai sudah tugasku bersama kalian, Songsong lah cita-cita mu, tak perlu melihat ke belakang. 

Ibu akan menemui kalian di masa depan dengan mata berbinar, menyalami tangan seorang bu hakim, Pak Jaksa, Pak Polisi, Bu guru, Bu Dokter, Pak Pengusaha, Bu Owner, Pak CEO, bu Dosen, Pak Arsitek, dan berbagai profesi pilihan kalian di masa mendatang.

Kalaupun kalian memilih masa depan yang berbeda maka ibu juga akan menemui kalian di masa depan sebagai seorang Ibu si Ani, Bapak si Anu atau Pak Sopir, Pak Bengkel, Pak Pedagang, pak Nelayan, Bu petani dengan rangkulan hangat.
 
Kita harus tersenyum dengan pilihan apapun di masa depan, janji ya!

Berat sekali menulis rangkaian kalimat karena ku tau kalimat ini adalah sejatinya sebuah sesak yang begitu membuncah. Perih rasanya tidak bisa mengabulkan keinginan terakhir kalian yaitu acara perpisahan sekolah yang begitu kamu mimpikan, beberapa hari ini ibu belum menemukan siapa yang salah dari batalnya acara ini, ibu cuma menyayangkan kelemahan ibu tak mampu mewujudkan mimpi kalian tersebut.

Janji ya tidak membenci ibu karena kita gagal mengadakan acara perpisahan sekolah seperti harapan kalian. Kalaupun rasanya  berat untuk menerima keputusan ini maka kalian boleh meluapkan emosi dan marah kepada ibu saja bukan kepada orang lain apalagi kepada sekolah. Bagaimanapun, almamater kita tetap menjadi kepingan puzzle yang  menjadi menyusun baru bata kesuksesan kalian di masa depan. 

Ahh sudahlah, Kita tutup lembaran hari ini, lepaskan segala sesak hati mari lihatlah masa depan yang terbentang dihadapanmu saat ini. Gerbang persaingan sudah didepan mata persiapkanlah dengan matang. Agar mimpimu menjadi Nyata.

Salam sayang 💕 dari Ibu

(Sebuah tulisan yang dibuat agar bisa tidur nyenyak dari rasa bersalah

No comments

Terimakasih ya, telah berkunjung di blog saya. Bila ada waktu luang saya sempatkan berkunjung balik. Semoga silaturrahim kita terjalin indah.