Senyum Fitri...

Konten [Tampil]
Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk mengumpulkan kembali memori tentang Fitri... Hal ini disebabkan telah 2 tahun tidak mengajar dikelasnya. Namun ketika beberapa teman guru mengingatkan tentang senyum nya, langsung terbayang remaja periang, manis dan tak pernah terlihat cemberut.

Ia selalu tampil manis jika berpapasan dengan ku, senyum yang senantiasa ia lemparkan menandakan betapa ikhlas ia memberikan hadiah yang paling murah itu. Senyum tanpa beban, senyum yang ringan dan melegakan siapa saja yang melihatnya.


"Ibu..."
Selalu saja ia menghentikan langkahku baik ketika berpapasan, maupun ketika lewat di depan kelasnya. Serta merta ia akan buru-buru salaman dan meninggalkan senyum termanisnya senantiasa dibarengi dengan gaya membenarkan jilbab, terakhir sambil mengeluarkan tiupan ringan ke poni jilbab, khas siswi Madrasah.

Tidak banyak interaksi dengan si manis Fitri, hanya pada saat jam belajar 2 kali dalam seminggu. Namun kesan santun, periang dan menyenangkan selalu lekat dengan nya. Aku sempat beberapa kali menegurnya ketika jam belajar, namun hal itu kumaklumi lantaran sikap periang dan ringan tangan yang senantiasa ada padanya.

Suatu ketika aku dan suami sering sekali mampir ke sebuah warung di pinggir jalan raya Bandara Fatmawati. Warung kecil yang menjual pempek dan jajanan khas Palembang. Letaknya persis di mulut gang Perumahan Kemiling Permai. Jadi sekalian pulang ke rumah, kami mampir makan pempek  di sana.

Bapak penjual pempek yang melayani kami bercerita banyak hal, termasuk pekerjaannya menarik gerobak pempek keluar masuk perumahan, nongkrong di kantor-kantor hingga akhirnya menetap di depan rumahnya sendiri. Dari ceritanya Aku berkesimpulan betapa gigihnya sang bapak mencari nafkah buat keluarganya. Ia bercerita jika anak-anaknya juga tak pernah malu kalau orang tuanya berjualan pempek keliling. Justru mereka pengertian dengan kondisi orang tuanya. Tak jarang sang bapak berucap syukur memiliki keluarga yang tak menuntut banyak hal.

Waktu berjalan sangat cepat. Belakangan warung pempek itu telah berubah menjadi warung fotokopi dan rental komputer. Aku tak pernah lagi melihat sang bapak berjualan pempek. Entahlah, lantaran tak punya kepentingan juga. Aku hanya memerhatikan tempat fotokopian itu sekali lewat saja. Sekali waktu aku sempat mampir untuk urusan fotokopi dan melihat  pelayanan yang cukup baik dan ramah dari penjaganya. Sekilas ada kesan mirip dari sang bapak penjual pempek, mungkin ada hubungan keluarga begitu.

Sabtu, 21 September 2013
Berita yang membuat heboh seisi Madrasah menjadi perhatian semua pihak. Baik keluarga besar MAN 2 maupun pihak-pihak yang berhubungan dengan kejadian ini.

Senyum manis dari si manis Fitri ternyata tinggal kenangan bersamaan dengan tergelincirnya matahari hari itu. Dan akupun baru menyadari bahwa si manis Fitri tak lain adalah putri dari seorang bapak yang gigih berjuang bertahan hidup mencari rezeki halal di bumi Allah SWT.

Seorang bapak yang berhasil mendidik anak dengan senyum dan pantang menyerah. Sehingga hadirlah seorang fitri yang juga senantiasa tersenyum dan selalu menyenangkan.

Seorang bapak yang ulet mencari nafkah tanpa harus menyalahkan nasibnya. Sehingga hadir pula seorang Fitri selalu periang.

Selamat jalan, Nak...
Doa kami senantiasa mengiringi kepergianmu.
Senyum manismu, senantiasa menjadi barometer kami untuk selalu ingat tentangmu dan kematian yang kapan saja bisa datang menghampiri...

Maafkan ibu, buka FB mu dan menemukan gambar ini di sana