Lebaran vs Sakit dibuat Santai Aja!

Konten [Tampil]
Siapa yang mau sakit, tidak ada satupun yang menginginkan dirinya atau keluarganya sakit. Namun siapa juga yang bisa menolak apabila Allah memberikan sakit hanya ikhtiar sembuh dan pasrah kepada Ilahi adalah tindakan paling tepat ketika diberikan sakit.



Tepatnya memasuki bulan  Ramadhan kemarin ketiga anak ku diberikan ujian sakit, mula - mula si Kakak Hulwah, anak tertuaku terserang gatal-gatal pada kakinya, sebenarnya dia memiliki kulit yang sangat sensitif bila digigit nyamuk pasti akan meninggalkan bekas yang tidak bisa hilang. Kaki hingga lututnya terserang gatal-gatal yang menimbulkan luka hingga infeksi. 

Ujian Sakit 

Ternyata bekas gigitan nyamuk itu meradang lalu infeksi seperti luka dan menimbulkan nanah pada beberapa area di betisnya. Ia meringis seperti menahan sakit bila tersentuh bahkan disekitar luka terlihat kemerahan. Tidak hanya satu bahkan beberapa luka semakin meradang menyisakan luka menganga yang sangat nyeri.

Ujian lagi

Belum sembuh si Kakak, kali ini ternyata si Adek juga mengalami hal yang sama, namun lebih mirip seperti bisul di kakinya. Ada dua mirip luka infeksi yang muncul. Setelah konsultasi dengan dokter kulit dan dokter anak diberikan resep berupa salep dan obat minum untuk Kakak, Adek dan Abang. Masing masing ada yang sama ada yang berbeda.

Dokter sih tidak memberikan banyak wejangan, hanya diminta menghabiskan obat dan mengoleskan obat salep pada lukanya. 

Tiap pagi mesti dibersihkan dengan air garam, lalu dikeringkan dan diolesi salep tiga kali sehari. Drama ketika pembersihan luka mewarnai hari-hari kami di rumah. Jejeritan Adek dan kakak ketika luka mulai dibersihkan hingga proses pemberian salep selesai menguji kesabaran dan rasa tega aku.



Hingga Minggu ke-4 puasa aku hampir putus asa. Belum ada kemajuan dari sakit anak-anakku. Justru si Adek lukanya sudah berpindah ke leher dan pipinya. Beberapa tempat seperti di bagian leher cukup parah hingga melebar kira-kira selebar setengah telapak tangan. Sementara luka kakak masih juga belum kering. Anak-anak punya derita masing-masing yang membuat aku semakin panik manakala mendengar jeritan dan tangisan mereka ketika disentuh untuk keperluan pengobatan atau ketika memandikannya. 

Namun yang masih menjadi penghiburku adalah mereka masih tidak mempermasalahkan tentang makanan. Selera makannya juga tidak masalah. Setidaknya hal ini sedikit melegakan ku. 

Persiapan Lebaran di tengah Sakit

Padahal hari sudah menjelang lebaran. Anak anak sempat menanyakan perihal kue lebaran yang belum kunjung menghiasi toples toples di rumah. Beda banget seperti lebaran sebelumnya. Biasanya menjelang lebaran mereka dengan senang hati mengisi toples-toples dengan kue-kue buatan mereka sendiri.

Di tengah kegalauan hatiku, pada saat terbangun sahur h-3 lebaran aku terduduk di atas kursi dapur. Menangis dan meminta pertolongan Allah atas kesembuhan anak anakku. Setidaknya ada jalan keluar mereka bisa sembuh.

Entah bagaimana awalnya, keesokan harinya aku memiliki kekuatan untuk menyiapkan kebutuhan lebaran. Mulai dari membuat kue kue semampuku untuk mengisi toples lebaran mesti tidak selengkap tahun tahun sebelumnya.

"Umi, kita masak ketupat, gak?"

Si Abang menyela ditengah keriuhan aku menggoreng keripik bawang. Aku terdiam. Memasak ketupat memang selalu menjadi rutinitas kami menjelang lebaran, biasanya mereka ikut membantu mengisi beras ke selongsong ketupatnya. Dan mereka sangat menyenanginya. Tidak tega rasanya melihat binar mata mungil mereka redup kalau aku menolak keinginannya. Namun jika harus mengiyakan banyak sekali yang harus dipersiapkan, pasti nantinya akan repot. 

Baiklah, sayang asal kalian senang akan umi lakukan. Dan masalahnya apakah aku harus ke pasar meninggalkan mereka. Oh..tentu tidak. Tidak aku tidak tega. Merekapun juga merengek mau ikut ke pasar. 

Ujian tanda Cinta Allah

Berangkatlah kami ke pasar tradisional terdekat ketika sore hari pada H-1 lebaran. Akhirnya mereka semua diboyong ke pasar. Setelah di bujuk hanya aku dan kakak yang boleh turun berbelanja. Abang dan Adek tinggal di mobil bersama Abahnya.

Di pasar tidak banyak yang aku beli. Sekedar beli daging dan bumbu nya saja untuk masak rendang beserta bahan ketupat. Karena mereka memang memesan ketupat sejak di rumah tadi. Kira-kira 30 menit kami pulang. 

Ketika sampai di parkiran. Betapa kagetnya aku ketika selesai berbelanja, saat memasuki mobil terlihat ada perban putih di dahi Abang. Mashaallah ujian apalagi ini? Syok rasanya melihat sebagian baju Abang terlihat bercak darah dimana-mana.

"Maaf umi...Tadi Abang kena besi sandaran jok yang dilepas ketika berusaha menaikkan sandarannya." Tutur suamiku merasa bersalah.

Allahu Rabbi aku pasrah. Belum juga selesai masalah penyakit gatal mereka sudah diberi lagi ujian bocornya kepala Abang. Tak ada dokter praktek yang buka sore itu. semua sudah tutup. yang ada hanya rumah sakit itu juga ke bagian IGD. Namun karena sudah sore suami juga sudah menenangkanku akhirnya kami pulang. 

Malam takbiran pun tiba. Selepas Maghrib suara takbir dari beberapa masjid sudah terdengar ketika siaran televisi menginformasikan bahwa besok telah jatuh 1 Syawal. Suami mengajak kami semua takbiran di rumah. 

Aku memeluk satu persatu anak-anakku sambil mendoakan kesembuhan mereka. Satu persatu doa dan munajat dihaturkan kehadirat Ilahirabbi agar Ramadhan kali ini penuh berkah dan dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Amin ya rabbal Al-Amin.

Lebaran dan keceriaan Anak-anak

Tiba hari lebaran, Kakak dengan sukacita memakai pakaian barunya, meskipun sedikit meringis menahan perih di kakinya. Si Abang masih dengan perban di kepala juga ikut gembira memakai baju baru. Apalagi Adek Ghaisan ia hampir tidak memperdulikan luka di lehernya yang semakin memprihatinkan.

Sebelum mereka berangkat solat Ied tak lupa kusiapkan sarapan agar mereka tidak rewel ketika solat. Kesedihanku hati itu hanyalah tidak bisa ikut bersama mereka ke mesjid untuk menunaikan solat Ied karena masih kedatangan tamu bulanan. Rasa cemas ketika anak-anak bertemu dengan orang lain terutama anak-anak seusia mereka nantinya itulah yang menjadi pikiranku. Pasti mereka akan membully anak-anakku ketika melihat penyakitnya. Namun Abahnya meyakinkan bahwa anak-anak akan baik-baik saja bersamanya itulah yang kemudian menenangkan ku.

Aku menunda untuk silaturahmi ke tetangga khawatir anak anak tidak mau ditinggal, sedangkan kalau ikut berkeliling dalam kondisi sakit tentu akan merepotkan nantinya. Untunglah mereka mengerti. Tenanglah hatiku.

Pasca lebaran ada seorang teman yang memberi tahu resep obat dokter untuk anakku. Dia tau ketika aku memposting di grup whatshapp foto si Adek. Kebetulan adik kandungnya adalah seorang dokter sehingga bisa mengirimkan resep obat untuk Adek. Alhamdulillah.

Tanda-tanda pulih sudah terlihat, seminggu pasca lebaran luka Adek sebagian sudah terlihat mengering. Alhamdulillah aku bersyukur atas rahmat Allah SWT setelah lebih dari sebulan berjuang melawan penyakitnya akhirnya si Adek kembali bisa ceria dan mau bermain seperti semula.

Terimakasih ya Allah, atas kesembuhan dan keceriaan anak anakku. Meskipun tidak optimal mempersiapkan lebaran namun kegembiraan karena kembalinya keceriaan anak-anak ku adalah bentuk syukur yang tidak tergantikan.

Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway 1 tahun dunia gairah


17 comments

  1. Meski dalam keadaan sakit, justru lebih bersyukur masih bisa menikmati lebaran bareng anak2 dan keluarga ya. Alhamdulillah..
    Btw maaf lahir dan batin ya Mba ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Sama sama mba Nchie maaf lahir batin juga ya

      Delete
  2. Kalau anak sakit ibunya pasti yang paling khawatir ya, mbak. Selamat lebaran, maaf lahir batin, mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama sama. Iya setiap ibu selalu khawatir lihat anak sakit

      Delete
  3. Maaf lahir batin ya mbak .
    Insya Allah sakit itu melebur banyak dosa

    ReplyDelete
  4. Maaf lahir batin ya mba Yurma.
    Semoga sekeluarga selalu diberikan kesehatan dan dilimpahin keberkahan aamiin

    ReplyDelete
  5. Masya Allah luar biasa emg ya mba ujiannya. Karena ga ada yg menyakitkan selain melihat anak kita sakit, huhu... tapi Alhamdulillah akhirnya berbuah manis ya mba... salam kenal, selamat lebaraan

    ReplyDelete
  6. wah mbak, alhamdulillah uminya diberikan kesabaran juga ya mbak. Betapa nikmat sehat jd luar biasa saat sakit ya. Sehat2 semua. Thanks udh ikutan mbak, gudlak ya^^

    ReplyDelete
  7. Mohon Maaf lahir dan Batin Mbak ...
    Tetap semangat dan bersyukur ...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah meskipun sakit tapi masih bisa berkumpul bersama keluarga ya.. Semoga kedepannya tetap sehat ya, Teh..

    Minal aidin walfaidzin ya, Teh, mohon maaf lahir n batin...

    ReplyDelete
  9. Iya, Mbak. Dibuat santai aja. Lagian tidak ada yang mengharapkan dirinya sendiri atau keluarganya sakit, termasuk di Hari Raya. Inilah ujian ... dan alhamdulillah Mbak menanggapinya dengan santai. Salut ^_^

    ReplyDelete

Terimakasih ya, telah berkunjung di blog saya. Bila ada waktu luang saya sempatkan berkunjung balik. Semoga silaturrahim kita terjalin indah.