Artikel tentang Matematika

Konten [Tampil]
Hai...yang sibuk kuliah atau yang sedang mencari bahan bahan untuk artikel matematika. Aku akan share artikel matematika ya, ini adalah artikel ketika aku kuliah dulu yang diberikan oleh dosen-dosem pembimbing.


Hari gini kalau kuliah enak ya.. biasa sambil selonjoran buat ngerjakan artikel dan tugaas kuliah sepanjang ada jaringan internet dan wifi haha.. yang penting kalian semua bahagiaa. aku juga ikutan senang. Tamat tepat waktu bahagiakan orang tua dan terus mencari pekerjaan. oke...

good Luck!


PENDAHULUAN

Seperti yang dilansir oleh BSNP tentang kurikulum 2013 bahwa ada tiga pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 yaitu Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery learning. Ketiganya merupakan metode pembelajaran yang sama-sama mengutamakan aktivitas siswa untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sendiri sehingga terbentuk pengetahuan baru. 

Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada MAN  Kota Bengkulu menunjukkan bahwa kemampuan siswa menguasai materi serta mengaitkan materi dengan permasalahan sehari-hari masih kurang. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah tindakan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta kemandirian belajar siswa.

Atas dasar itulah peneliti mencoba menggabungkan pendekatan Problem Based Learning dengan Media Pembelajaran Interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta kemandirian belajar siswa. 

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Apakah penerapan Problem Based Learning berbantuan media pembelajaran interaktif meningkatkan hasil belajar matematika  siswa kelas X IPS  Kota Bengkulu. (2) Apakah penerapan Problem Based Learning berbantuan media pembelajaran interaktif meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X IPS Kota Bengkulu.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui penerapan Problem Based Learning berbantuan media pembelajaran interaktif terhadap peningkatan hasil belajar matematika  siswa kelas X IPS Kota Bengkulu. (2)Untuk mengetahui penerapan Problem Based Learning berbantuan media pembelajaran interaktif meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X IPS  Kota Bengkulu.

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu bahan kajian untuk mendalami teori dan proses pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan Problem Based Learning yang berbantuan media pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas X IPS  Kota Bengkulu serta dapat menjadi salah satu referensi bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:  (1) bagi Guru : sebagai salah satu bahan kajian untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran khususnya penerapan Problem Based Learning sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. (2) Siswa : Sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi dan prestasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika. (4) Sekolah : Sebagai salah satu rujukan bagi sekolah dalam memperbaiki proses belajar mengajar serta dapat menjadi acuan kurikulum sekolah. (5) Peneliti : Dapat memberikan masukan dan referensi pada peneliti yang lain khususnya yang akan mendalami research tentang Problem Based Learning berbantuan media pembelajaran Interaktif. (6) Pengambil Kebijakan Pendidikan : penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan reverensi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika dalam rangka membina guru serta kepala sekolah sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi proses belajar mengajar di sekolah. 

1. Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang diamanatkan di dalam kurikulum 2013. Menurut Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Problem Based Learning (PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di dalam kelas dengan pendekatan PBL diharapkan siswa dapat bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. 

Problem Based Learning dapat diartikan sebagai pembelajaran berbasis masalah. Menurut Fogarty (1997) dalam Suyitno (2011) bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang mengkonfrontasikan pelajar secara positif dengan masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar.

Kelebihan-kelebihan Problem Based Learning dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya menurut Peraturan Kemendikbud (2013) antara lain : (1) dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. (2) Peserta didik dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang nyata. (3) dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja motivasi internal dalam belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. 

Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning menurut Peraturan Kemendikbud (2013) antara lain meliputi beberapa fase yaitu : fase 1 : Orientasi peserta didik dalam masalah. Fase 2. Mengorganisasikan peserta didik dalam pendefinisian masalah. Fase 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok dalam pembelajaran mandiri (Self Learning), Fase 4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya. Fase 5. Penilaian. 

Sistem penilaian Problem Based Learning adalah dengan menerapkan penilaian autentik. Secara spesifik penilaian autentik yang dimaksud adalah penilaian diri (Self Assassment) dan Peer Assassment. Self Assassment adalah siswa menilai dirinya sendiri terhadap usaha-usaha yang telah dilakukannya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh siswa itu sendiri dalam belajar. Sedangkan penilaian Peer Assassment adalah penilaian dimana siswa berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun kelompoknya.

Secara garis besar di dalam kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah, penilaian hasil pembelajaran meliputi tiga aspek yaitu sikap (attitude), Pengetahuan (Knowladge), dan Keterampilan (skill).  

Penilaian sikap (attitude) meliputi penilaian terhadap sikap siswa dalam pembelajaran. Penilaian ini menitik beratkan pada soft skill yakni keaktifan, dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehaadiran dalam pembelajaran. Penilaian pengetahuan (Knowladge) mencakup seluruh kegiatan pembelajaran seperti tugas, PR, kuis, UTS, UAS, laporan maupun LKS. Sedangkan Penilaian Keterampilan (skill) adalah penguasaan alat bantu pembelajaran meliputi software, hardware serta kemampuan perancangan dan pengujian. 

2. Media Pembelajaran Interaktif

Suyitno (2011: 73) mengemukakan bahwa media merupakan salah satu bagian dari sistem pembelajaran, bahkan lebih khusus lagi dapat dikatakan sebagai bagian integral dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai bagian dari integral sistem pembelajaran, kedudukan media tidak dapat dipisahkan terhadap proses pembelajaran.  

Dari pendapat diatas jelas media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat dianalogikan sebagai sebuah mesin yang bekerja memproses bahan mentah menjadi bahan yang lebih bernilai guna. Posisinya dapat memperlancar dan mempermudah proses pembelajaran yang pada akhirnya penggunaannya dapat mempercepat dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pembelajaran. 

Media pembelajaran interaktif adalah media pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan menggunakan sarana tekhnologi kepada manusia melalui sistem dan infrastruktur berupa program aplikasi serta pemanfaatan media elektronik sebbagai bagian dari media edukasinya. 
Manfaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi interaktif
4. Efisiensi tenaga dan waktu
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar
6. Menumbuhkan sikap positif siswa.
3. Kemandirian Belajar 

Salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran adalah kemandirian belajar siswa. Siswa belajar mandiri tidak tergantung dengan orang lain serta mampu menumbuhkan motivasi dirinya sendiri. 

Menurut Slavin (2009:6) salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan sendiri gagasan-gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahaman yang tinggi namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. 

Dari pernyataan ini dapat ditarik sebuat kesimpulan bahwa dalam belajar siswa mesti membangun pengetahuan mereka sendiri sedangkan guru berperan dalam memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Apa yang diungkapkan oleh Slavin sama halnya dengan konsep belajar konstruktivis.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 1988: 625), kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra (1994: 1) adalah sebagai berikut:

  1. Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan.
  2. Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran.

  1. Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain.
  2. Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransferkan hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.
  3. Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi.
  4. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif.
  5. Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi program yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan program-program inovatif lainnya.


No comments

Terimakasih ya, telah berkunjung di blog saya. Bila ada waktu luang saya sempatkan berkunjung balik. Semoga silaturrahim kita terjalin indah.