Ceritaku di Hari Ibu

Konten [Tampil]
Selamat Hari Ibu



Hujan mengiringi kami berangkat ke sekolah pagi ini, kebetulan suami sedang dinas luar jadi giliranku mengantar anak-anak ke sekolah.

Di perjalanan, hujan cukup lebat mengguyur tubuh kami yang berbalut jas hujan. Sebetulnya jadwal hari ini adalah pembagian raport anak-anak jadi tidak perlu terburu-buru mengantar anak-anak.

Sampai di sekolah anak-anak, hujan belum juga reda. Aku memutar kendaraan menuju pom bensin terdekat berharap hujan segera reda dan sambil mengisi kekosongan waktu hinggga jam 8.30 jadwal pembagian raport anak. 

Namun setelah selesai mengisi bahan bakar ternyata hujan belum juga berhenti. Aku berfikir jika nekad mau ke sekolah anak-anak dalam kondisi basah-basahan alangkah tidak mengenakkan, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah niatnya mau bertukar pakaian dan menunggu hujan reda lalu berangkat lagi ke sekolah. 



Sejenak aku melihat smartphone, berselancar di dunia maya, aku baru tersadar hari ini adalah hari Ibu. 22 Desember momen penting untuk ibu-ibu di dunia. 

Tak cukup lima menit melihat berbagai status dan post di media sosial tersebut hatiku sudah tak karuan rasanya, air hangat mengalir lembut di pipi semakin di scroll semakin dalam rasa itu. Yah, aku menangis. 

Kata-kata puitis dan foto-foto kebersamaan dengan ibu-ibu mereka di media sosial seakan membawa lamunanku tentang ibu. 

Selamat hari ibu untuk ibu-ibu hebat yang sedang berjuang dimana saja berada.


Tiba-tiba ada rasa sedih yang begitu mendalam menyeruak dan menyesakkan dada. Aku rindu ibu, tapi rindu yang seperti apa? 

Rindu pelukannya? Aku pun sudah lupa bagaimana rasanya di peluk Ibu. 
Rindu senyumnya, ingatanku tak begitu kuat mengingat senyum ibu. 
Rindu doa-doa terbaiknya untukku, namun aku tak pernah tau seperti apa doanya untukku. 

Iya, terlalu cepat Allah mengambil kebahagiaan memiliki ibu dariku, 
Hingga  begitu terbata-bata memaknai kasih sayang seorang ibu untukku. 

Takdir begitu cepat memisahkan kami, saat  memori di otak tak begitu merekamnya, masih terlalu dini untuk mengerti apalagi membalas kasih sayangnya. 

Rasa kehilangan ada, namun kehilangan yang bagaimana aku juga tak mengerti. 

Hingga suatu saat
ketika sampai kepada takdirku
menjadi seorang ibu,

Ketika takdir memberikan anugerah bernama kehamilan. Ada rasa lelah, letih membawa beban berat berhari-hari, perlahan aku mulai mengerti bagaimana kelelahan ibu dulu ketika mengandung badanku. 

Ketika takdir memberikan anugerah berupa rasa sakit saat melahhirkan maka detik itu juga aku merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu memberikan aku kesempatan menghirup udara di bumi ini. 

Ketika takdir memberikan anugerah berupa rasa lelah dan pengorbanan menyusui, menyapih dan membesaarkan masa kanak-kanak anak-anakku saat itu juga aku menyadari bahwa lelah itu sudah lebih dahulu dirasakannya ketika membesarkanku.  

Di sanalah aku bisa mengeja sedikit demi sedikit kasih sayang ibu untuk ku.



Aku membayangkan bagaimana ibuku mengasihiku saat aku begitu tak rela jika anakku hilang dari pandanganku walau sekejap.

Aku membayangkan bagaimana dulu ibu mencurahkan perhatiannya dengan cara menyelami aku memperhatikan anak-anakku, mulai daribangun tidur, segala jenis kebutuhannya hingga mereka memejamkan mata. 

Akupun mulai merasakan bagaimana perasaan seorang ibu saat takdir memberikan rasa sakit ketika melahirkan anak-anakku.

Yah, rasa sakit yang aku rasakan mungkin sama ata bahkan lebih dirasakan pula oleh ibuku ketika melahirkanku.

Dan kini segala rasa yang pernah ada di dalam jiwa ibu menyatu dan menjalar ke dalam jiwaku.
Sakitku, sedihku, menangisku, bahagiaku, senangku semua telah dirasakan lebih dulu olehnya. 

Ibu
Buku yang telah habis kau baca
Kini kubaca
Baru halaman pertama.

Selamat hari ibu untuk ibu-ibu hebat di tanah air 


No comments

Terimakasih ya, telah berkunjung di blog saya. Bila ada waktu luang saya sempatkan berkunjung balik. Semoga silaturrahim kita terjalin indah.