Menaruh Harapan (kembali)

Konten [Tampil]
Sesuai dengan janji suamiku, ia akan memasangkan speedy agar aktivitas menulisku dapat kembali pulih setelah sakit kronis yang melandaku. maklum penyakit malas menulis sudah mulai menggerogoti relung ideku sejak 3 tahun terakhir. what???

curhat



Tiga tahun ya, hampir empat tahun ternyata aku tak menulis lagi. Hiks, lama banget ya... kadang sedih melihat teman-teman menelurkan karya-karya mereka di status Facebook, BBM, dll. Namun untuk memulainya kembali seakan ada dinding yang sangat tinggi membatasi gerakku. Ya itu tadi, rasa malas yang sudah akut, parah banget, stadium tinggi.

Namun sungguh, percayalah aku masih memiliki setumpuk harapan bahwa gairah menulis menghampiri diriku seperti dulu lagi. Oh, aku harus berjuang melawan segala rintangan dan hambatan untuk memulai kembali aktivitas menulis ku.

Ada beberapa sebab yang membuat perjuanganku untuk menata kehidupan menulis ini kandas seketika, pertama, jam ngantor yang tak lagi selonggar dahulu kala. Beban 24 jam untuk dapat mendapatkan tunjangan kehidupan hehe bagi guru yang diberi judul 'sertifikasi' mengharuskan kesempatan untuk berleha-leha sedikit berkurang. kedua, tiga orang jundi-jundi yang sedang lucu-lucunya, selalu meminta perhatianku kala sampai di rumah. sang Kakak yang sedang duduk di kelas tiga selalu ada pr ketika di ruumah perlu banyak bimbingan dariku, si Abang yang baru duduk di kelas 1 juga butuh perhatian ekstra dariku dalam belajar dan mengulang pelajaran di sekolahnya, dan si adek yang baru belajar bicara senantiasa menagih perhatianku setiap saat. Mereka amanahku, butuh perhatian yang sama banyak, tak boleh kurang dan harus adil seadil-adilnya, jika salah sedikit saja mereka sudah bisa protes. Umi...ga sayang sama Abang ya? Umi... perhatiin Adek terus, Umi... kakak nih mau juga disayang Umi, dan segala bentuk protes yang tak pernah ada kata berhenti dari bibir mungil mereka.

Oke, tak boleh putus asa, kan masih ada malam hari ketika mereka tertidur pulas. Tunggu dulu, kewajiban sebagai ibu sudah terlaksana, namun kewajiban sebagai istri sudah menanti. Hmm...Nah loh Murka Allah karena murka suami. So penuhi kewajiban yang satu itu.

Dan, sisa-sisa harapan masih ada namun mata dan badan sudah tak bisa diajak kompromi lagi, karena ingat akan esok hari yang telah menanti untuk dilalui.

So...asa itu kembali terkubur dalam keletihan, hharapan kosong yang terkapar di telan malam. Melambungkan angan ke alam mimpi agar besok bisa bangun pagi mengumpulkan kembali sisa asa untuk menjalani rutinitas di hari berikutnya.

oh... harapan tinggal harapan, jangankan satu buku, satu kalimatpun belum bisa kurangkai, tenggelam bersama hari-hari yang padat merapat, tanpa perlu permisi dengan impian dan keinginanku.





semoga besok masih ada harapan yang sama


No comments

Terimakasih ya, telah berkunjung di blog saya. Bila ada waktu luang saya sempatkan berkunjung balik. Semoga silaturrahim kita terjalin indah.